Maret 2008


Bunga, uang, coklat, permen, makan malam di restoran mewah…. mungkin sudah cara yang biasa digunakan orang untuk merayu. Tapi sebenarnya ada cara yang murah-meriah : KOPI. Kafein dalam kopi bisa menstimulasi Central Nervous System manusia (termasuk otak). Efeknya, orang meningkat mood-nya, lebih cepat memproses suatu informasi, membuat orang lebih mudah percaya & setuju terhadap suatu pesan, meningkatkan memori & akhirnya membuat orang lebih berfokus terhadap suatu informasi.Beberapa peneliti dari Australia melakukan penelitian terhadap 140 siswa (www.abc.net.au). Kemudian mereka diminta mengemukakan pendapatnya tentang aborsi & euthanasia. Rata-rata mereka menyatakan tidak setuju. Kelompok siswa ini kemudian diberikan jus jeruk yang mengandung kafein setara dengan 2 cangkir kopi & sebagian lagi hanya diberikan jus jeruk placebo tanpa kafein. Setelah minum kopi, mereka diberi informasi persuasive (mendukung aborsi & euthanasia). Ternyata setelah diberikan tes yang sama tentang aborsi & euthanasia, rata-rata siswa dari kelompok yang diberikan kafein memberikan jawaban yang berbeda dengan pendapat awal mereka (under non-distruction conditions). Artinya mereka terpengaruh dengan isi tulisan persuasive tersebut. So, jika ingin orang lain menyetujui atau mengikuti jalan pikiran kita, cukup dengan modal secangkir atau 2 cangkir kopi saja. Tapi jangan terlalu banyak, karena kopi juga banyak efek tidak bagusnya, sebanyak efek bagusnya (karsinogen, meningkatkan TIO pd orang dengan glaukoma, resiko karies gigi, meningkatkan gerak peristaltik, menurunkan kualitas tidur, dll). Tapi penelitian tersebut direkomendasikan untuk penayangan iklan, disarankan lebih baik pada saat-saat dimana orang banyak minum kopi (misalnya pada saat sarapan). 

Pertama kali menginjakkan kaki di bumi orang, banyak hal yang membuat penulis merasa kaget. Saat penulis menceritakannya pada teman-teman yang lain, ada yang mengatakan bahwa saya mengalami culture shock! Whatever-lah… (lebih…)

He is so cute, cool, handsome & looks smart. But, he is a killer! Can you believe it?  Colin Norris, 32 tahun. Sejak orangtuanya bercerai, dia tinggal bersama neneknya. Akhirnya dia menjadi seorang perawat, dengan cita-cita besarnya ingin merubah kehidupan orang menjadi lebih baik. Tetapi, dia sering mengatakan pada rekan-rekan kerjanya, bahwa dia tidak suka merawat, terutama memandikan orang-orang tua. Ini mengingatkannya pada sang nenek.  Saat ini Colin Norris menjadi sangat terkenal karena dia disangka melakukan pembunuhan pada 5 orang nenek yang berumur antara 70 sampai dengan 90 tahun mulai tahun 2002 di Leeds General Infirmary and St James’s Hospital. 4 diantaranya meninggal. Polisi menyatakan bahwa mungkin saja dia membunuh lebih banyak. Senjata apa yang digunakan Norris untuk membunuh? INSULIN! 
(lebih…)


Suatu ketika, penulis mendengar ada beberapa mahasiswa yang baru ngobrol. Mereka ternyata bicara masalah kuliah bahasa Inggris. Ada satu yang berkata : “Kenapa sih pake kuliah bahasa Inggris segala??? Gak penting banget sih….!”
Ini ada laporan dari Suwandono, dkk (2004) : dari sekitar 400 sekolah keperawatan di Indonesia, rata-rata meluluskan 20.000 – 30.000 perawat setiap tahunnya. Sementara pemerintah & swasta hanya sanggup menerima sekitar sepertiganya. Sisanya? Sekitar 10.000 – 16.000 perawat akan menganggur setiap tahunnya.  Salah satu cara yang paling efektif adalah bekerja di luar negeri.
Kenapa? Australia misalnya, penduduk di sana saat ini kurang berminat terhadap profesi guru & perawat, sehingga pemerintah sanggup membayar mahal tenaga keperawatan. Gaji? Jangan ditanya…. Sebagai perbandingan, seorang cleaning service di tempat tinggal penulis mengatakan bahwa saat ini dia sudah mempunyai mobil Honda CRF keluaran terbaru, rumah di Australia, bekerja 6 bulan dia bisa keliling Asia & kalau bekerja 1 tahun, dia bisa keliling dunia. Apalagi perawat? Bisa mencapai ratusan juta per-tahunnya.
Laporan dari WHO tahun 2005 menyebutkan bahwa dunia memerlukan 2.000.000 perawat setiap tahunnya. Tetapi, dari yang melamar bekerja di luar negeri, rata-rata hanya 25%-nya yang diterima. Kok? Terlalu jelek-kah kualitas perawat di Indonesia? Bukan itu masalah utamanya. Bisa ditebak : (lebih…)

 Evidence-Based Practice (EBP), salah satunya adalah Evidence-Based Nursing (EBN), merupakan pendekatan yang dapat digunakan dalam praktik perawatan kesehatan, yang berdasarkan evidence atau fakta. Pengertian tentang EBP/N dapat dilihat di : http://www.shef.ac.uk/scharr/ir/def.html  Selama ini, khususnya dalam keperawatan, seringkali ditemui praktik-praktik atau intervensi yang berdasarkan “biasanya juga begitu”. Sebagai contoh, sewaktu di pendidikan, cairan yang digunakan dalam perawatan luka adalah povidone-iodine 10%. Nah, praktik ini dipakai “over & over” meskipun yang bersangkutan menjelang pensiun. Bila diberikan masukan, kadang-kadang jawaban yang keluar adalah : (lebih…)

 
Sewaktu di Sekolah Dasar, ada salah satu subjek di mata pelajaran Bahasa Indonesia tentang mengarang. Pertama-tama disuruh membuat kerangkanya terlebih dahulu. Baru mengembangkan kerangka tersebut menjadi paragraf-paragraf. Dan jadilah sebuah karangan.
 
Sepertinya mudah ya? Di sekolah-sekolah lanjutan berikutnya, dasar cara mengarang ini digunakan untuk membuat karya tulis. Pengalaman penulis waktu itu ya mengarang saja. Kadang-kadang tidak menggunakan buku sebagai dasar, mengalir dari kepala saja.
 
Ternyata? (lebih…)
 
Pendidikan di universitas atau akademi tidak lepas dengan tugas-tugas penulisan karya tulis ilmiah. Melalui tugas-tugas tersebut, diharapkan mahasiswa mempunyai kemampuan untuk berpikir secara kritis & mengembangkan kreatifitasnya dalam menyikapi masalah-masalah yang relevan dengan peminatan yang dipilihnya.
 
Pengalaman penulis sebagai pengajar, kebanyakan mahasiswa justru mengambil jalan pintas. Istilah “copy-paste” mungkin tidak asing lagi bagi banyak mahasiswa. Tidak semuanya memang. Tapi lumayan “menjamur”. (lebih…)
 
“Perjalanan hidup tak selamanya indah”. Kata2 yang mungkin klise. Tapi Tuhan selalu menciptakan akhir yang bahagia. Kalau kesedihan yang dirasakan, berarti itu bukanlah akhir hidup.
 
Terlalu banyak yang Tuhan sudah berikan untuk hidup ini. Tangis & bahagia silih berganti. Akhirnya terbentuk kesimpulan manis : selalu ada rencana indah di balik semua kepedihan.
 
Give up? Sometimes, yes. Tapi bukan itu yang Tuhan inginkan. Karena rencana Tuhan “unpredictable”. Kadang perlu waktu yang lama, sering pula hanya dalam waktu yang singkat.
 
Yang saya tahu sekarang, semuanya akan mungkin melalui pengorbanan, perjuangan & doa. (lebih…)