Pada awalnya, sepertinya keren kalau bisa belajar di luar negeri. Tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan yang sama seperti itu. Ternyata bukan kerennya yang kemudian mendominasi, tetapi sebuah proses pembelajaran, bagaimana membuat negeri kita yang kaya sumber daya ini semakin lebih baik lagi. Mungkin mimpi yang terlalu muluk, tetapi nyatanya ini diperlukan dalam sebuah Professional Developmental Plan. Dalam hidup, mungkin kita memang bisa mengatakan let it flow saja…. Tetapi dalam pekerjaan, yang telah Tuhan percayakan untuk kita, ada sebuah tanggung jawab untuk terus mengembangkan diri.

Seminggu kemarin, saya baru saja menyelesaikan kuliah intensif yang benar-benar menguras pikiran. Saya hanya mengamati, dosen-dosen saya begitu helpful-nya, telaten mendengarkan kesulitan kami sebagai mahasiswanya, cepat membuat keputusan saat dirasakan schedule yang sudah disusun menjadi tidak realistis dan terus mendampingi kami supaya benar-benar bisa memahami apa sebenarnya yang menjadi fokus pendidikan kami. Tidak ada spesialisasi, tetapi selalu disarankan untuk mengambil topik yang tidak jauh dari keseharian tugas kami. Kapan pendidikan di Indonesia bisa seperti itu?

Agak sulit memang, mengingat mahasiswa mereka jauh lebih sedikit dibanding yang ada di Indonesia. Proses pembelajaran benar-benar ditekankan pada upaya peningkatan kemampuan berpikir kritis. Yang tidak tahu mungkin mengira proses pendidikan yang saya jalankan ini sangat menyenangkan. Tidak ada ujian, kuliah tidak tentu… Tetapi jika ditilik, tiga subject setiap semesternya, dengan tugas-tugas baik short maupun long paper minimal dua di setiap subject-nya, belum lagi discussion board yang harus diikuti, kriteria penilaian yang sudah terususun logis, kesinambungan antar assignment, tidak adanya peluang copy-paste… benar-benar bisa membuat energi terkuras. Semuanya mengandalkan teknologi, sehingga internet menjadi makanan sehari-hari. Kalau sampai harus punya dua laptop, koneksi internet pribadi, itu benar-benar karena kebutuhan, bukan karena gengsi. Tidak bisa mengandalkan teman, karena kenyataannya tidak bisa saling curi ide untuk membuat tugas. Semuanya harus benar-benar berdasarkan pemikiran dan peminatan.

Belum lagi masalah referensi. Kalau biasanya bisa ambil comot sumber-sumber dari internet, ini sama sekali tidak bisa. Aturan keras diberlakukan untuk segala macam bentuk plagiarism (ini mulai saya terapkan untuk mahasiswa, supaya tidak punya mindset copy-paste), pun masalah sumber juga dipermasalahkan. Tidak sembarang informasi dari internet bisa digunakan. Harus yang benar-benar qualified. Untuk itu, sangat disarakan untuk searching melalui Google Scholar atau database dari library campus. Kebanyakan sumber sudah disediakan dalam bentuk digital, sehingga kami sebagai mahasiswa tetap bisa mengakses meski statusnya offshore student. Juga kemudahan mengakses jurnal-jurnal terbaik di dunia, bisa kami dapatkan dengan gratis menggunakan ID student kami.

Memang sepertinya akan sangat sulit sekali dikejar. Ujung-ujungnya di masalah dana juga kan? Langganan jurnal international jelas perlu dana yang tidak sedikit. Belum lagi membuat web-based learning, atau virtual hospital macam punya mereka. Tapi, boleh sedikit bermimpi kan? Yang ada di kepala saat ini adalah double degree di multimedia. Siapa tahu bisa membuat yang sederhana, yang tidak perlu membebani institusi dengan banyak tagihan…. Untuk yang satu ini kan pasti banyak dukungannya. Toh sekarang internet dan laptop, atau semacamnya, bukan lagi barang mewah di kampus. Siapa tahu, saya bisa membuktikan bahwa motivasi belajar mahasiswa bisa meningkat jika insitusi menggunakan web untuk proses belajar. Bukan masalah kerennya, tapi bagaimana kegiatan belajar yang mungkin membosankan untuk sebagian orang, menjadi sebuah hal yang menyenangkan… Bagaimana di era canggih saat ini, mahasiswa tetap bisa belajar di manapun mereka berada, tanpa merasa bahwa itu adalah bagian dari proses pendidikan mereka… Hum…. bermimpi….. Tapi boleh kan?

Sebuah proses pembelajaran. Bagaimana merespon kejenuhan dari proses yang itu-itu saja, menjadi suatu proses yang luar biasa, yang memang dinantikan, yang memang diperlukan….. Tapi siapa mau bergabung? Ku tak dapat jalan sendiri…….