Landasan teori medis diambil dari:

  1. http://dewabenny.wordpress.com/2008/06/22/efusi-pleura/
  2. http://dokterfoto.com/2008/01/09/efusi-pleura/
  3. http://www.healthatoz.com/healthatoz/Atoz/common/standard/transform.jsp?requestURI=/healthatoz/Atoz/ency/pleural_effusion.jsp
  4. faculty.ksu.edu.sa/…/ Students’s%20Clinical%20presentations/Zahra’a%20Hussin%20AL-
  5. NANDA 2007-2008 (keperawatan).

 

Efusi pleura adalah akumulasi cairan yang berlebihan pada rongga pleura, cairan tersebut mengisi ruangan yang mengelilingi paru. Cairan dalam jumlah yang berlebihan dapat mengganggu pernapasan dengan membatasi peregangan paru selama inhalasi.

Pleural effusion occurs when too much fluid collects in the pleural space (the space between the two layers of the pleura). It is commonly known as “water on the lungs.” It is characterized by shortness of breath, chest pain, gastric discomfort (dyspepsia), and cough.

Terdapat empat tipe cairan yang dapat ditemukan pada efusi pleura, yaitu :

  1. Cairan serus (hidrothorax)
  2. Darah (hemothotaks)
  3. Chyle (chylothoraks)
  4. Nanah (pyothoraks atau empyema)

 

Hemotoraks (darah di dalam rongga pleura) biasanya terjadi karena cedera di dada. Penyebab lainnya adalah:

  • pecahnya sebuah pembuluh darah yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura
  • kebocoran aneurisma aorta (daerah yang menonjol di dalam aorta) yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura
  • gangguan pembekuan darah. Darah di dalam rongga pleura tidak membeku secara sempurna, sehingga biasanya mudah dikeluarkan melalui sebuah jarum atau selang.

 

Empiema (nanah di dalam rongga pleura) bisa terjadi jika pneumonia atau abses paru menyebar ke dalam rongga pleura. Empiema bisa merupakan komplikasi dari:

  • Infeksi pada cedera di dada
  • Pembedahan dada
  • Pecahnya kerongkongan
  • Abses di perut
  • Pneumonia

 

Kilotoraks (cairan seperti susu di dalam rongga dada) disebabkan oleh suatu cedera pada saluran getah bening utama di dada (duktus torakikus) atau oleh penyumbatan saluran karena adanya tumor.

Rongga pleura yang terisi cairan dengan kadar kolesterol yang tinggi terjadi karena efusi pleura menahun yang disebabkan oleh tuberkulosis atau artritis rematoid.

 

Diagnosis

Pada pemeriksaan fisik, dengan bantuan stetoskop akan terdengar adanya penurunan suara pernafasan. Apabila cairan yang terakumulasi lebih dari 500 ml, biasanya akan menunjukkan gejala klinis seperti penurunan pergerakan dada yang terkena efusi pada saat inspirasi, pada pemeriksaan perkusi didapatkan dullness/pekak, auskultasi didapatkan suara pernapasan menurun, dan vocal fremitus yang menurun.

Untuk membantu memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan berikut:

 

Rontgen dada

Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan.

 

CT scan dada

CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor

 

USG dada

USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.

 

Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).

 

Biopsi
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa.
Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.

 

Analisa cairan pleura

Efusi pleura didiagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan di konfirmasi dengan foto thoraks. Dengan foto thoraks posisi lateral decubitus dapat diketahui adanya cairan dalam rongga pleura sebanyak paling sedikit 50 ml, sedangkan dengan posisi AP atau PA paling tidak cairan dalam rongga pleura sebanyak 300 ml. Pada foto thoraks posisi AP atau PA ditemukan adanya sudut costophreicus yang tidak tajam.

 

Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang terkumpul.

Bila efusi pleura telah didiagnosis, penyebabnya harus diketahui, kemudian cairan pleura diambil dengan jarum, tindakan ini disebut thorakosentesis. Setelah didapatkan cairan efusi dilakukan pemeriksaan seperti:

1. Komposisi kimia seperti protein, laktat dehidrogenase (LDH), albumin, amylase, pH, dan glucose

2. Dilakukan pemeriksaan gram, kultur, sensitifitas untuk mengetahui kemungkinan terjadi infeksi bakteri

3. Pemeriksaan hitung sel

4. Sitologi untuk mengidentifikasi adanya keganasan

Langkah selanjutnya dalam evaluasi cairan pleura adalah untuk membedakan apakan cairan tersebut merupakan cairan transudat atau eksudat. Efusi pleura transudatif disebabkan oleh faktor sistemik yang mengubah keseimbangan antara pembentukan dan penyerapan cairan pleura. Misalnya pada keadaan gagal jantung kiri, emboli paru, sirosis hepatis. Sedangkan efusi pleura eksudatif disebabkan oleh faktor local yang mempengaruhi pembentukan dan penyerapan cairan pleura. Efusi pleura eksudatif biasanya ditemukan pada Tuberkulosis paru, pneumonia bakteri, infeksi virus, dan keganasan

Etiologi

Penyebab paling sering efusi pleura transudatif di USA adalah oleh karena penyakit gagal jantung kiri, emboli paru, dan sirosis hepatis, sedangkan penyebab efusi pleura eksudatif disebabkan oleh pneumonia bakteri, keganasan (ca paru, ca mammae, dan lymphoma merupakan 75 % penyebab efusi pleura oleh karena kanker), infeksi virus.

Tuberkulosis paru merupakan penyebab paling sering dari efusi pleura di Negara berkembang termasuk Indonesia. Selain TBC, keadaan lain juga menyebabkan efusi pleura seperti pada penyakit autoimun systemic lupus erythematosus (SLE), perdarahan (sering akibat trauma). Efusi pleura jarang pada keadaan rupture esophagus, penyakit pancreas, abses intraabdomen, rheumatoid arthritis, sindroma Meig (asites, dan efusi pleura karena adanya tumor ovarium).

 

Gejala

Gejala yang paling sering ditemukan (tanpa menghiraukan jenis cairan yang terkumpul ataupun penyebabnya) adalah sesak nafas dan nyeri dada (biasanya bersifat tajam dan semakin memburuk jika penderita batuk atau bernafas dalam). Kadang beberapa penderita tidak menunjukkan gejala sama sekali.

 

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:


– batuk


– cegukan


– pernafasan yang cepat


– nyeri perut.

 

Penatalaksanaan

The best way to clear up a pleural effusion is to direct treatment at what is causing it, rather than treating the effusion itself. If heart failure is reversed or a lung infection is cured by antibiotics, the effusion will usually resolve. However, if the cause is not known, even after extensive tests, or no effective treatment is at hand, the fluid can be drained away by placing a large-bore needle or catheter into the pleural space, just as in diagnostic thoracentesis. If necessary, this can be repeated as often as is needed to control the amount of fluid in the pleural space. If large effusions continue to recur, a drug or material that irritates the pleural membranes can be injected to deliberately inflame them and cause them to adhere close together–a process called sclerosis. This will prevent further effusion by eliminating the pleural space. In the most severe cases, open surgery with removal of a rib may be necessary to drain all the fluid and close the pleural space.

Penatalaksanaan tergantung pada penyakit yang mendasari terjadinya efusi pleura. Aspirasi cairan menggunakan jarum dapat dilakukan untuk mengeluarkan cairan pleura, apabila jumlah cairan banyak dapat dilakukan pemasangan drainase interkostalis atau pemasangan WSD. Efusi pleura yang berulang mungkin memerlukan tambahan medikamentosan atau dapat dilakukan tidakan operatif yaitu pleurodesis, dimana kedua permukaan pleura ditempelkan sehingga tidak ada lagi ruangan yang akan terisi oleh cairan.

 

Keperawatan

  1. Nyeri akut/kronis
  2. Insomnia
  3. Pertukaran gas tidak efektif
  4. Kelelahan
  5. Intoleransi aktivitas
  6. Resiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
  7. Koping individu tidak efektif

 

The core responsibilities of nurses:

  • To prevent  nocturia, give drug in the morning
  • Monitor fluid intake and output, weight, blood pressure, and electrolyte levels.
  • Watch for signs and symptoms of hypokalemia, such as muscle weakness and cramps.
  • Drug may be used with potassium sparing diuretic to prevent potassium loss.
  • Consult to doctor and dietitian about a high-potassium diet. Foods rich in potassium include citrus fruits, tomatoes, bananas, dates, and apricots.
  • Monitor glucose level, especially in diabetic patients.
  • Monitor elderly patients, who are especially susceptible to excessive diuresis.
  • In patients with hypertension, therapeutic response may be delayed several weeks.

 

The nurse role in the care of the patient with a pleural effusion includes:

  • Implementing the medical regimen.
  • The nurse prepares and positions the patient for thoracentesis and offers support throughout the procedure.
  • Pain management is a priority, and the nurse assists the patient to assume positions that are the least painful.
  • Frequent turning and ambulation are important to facilitate drainage the nurse administers analgesics as prescribed and as needed.  
  • If chest tube drainage and a water-seal system is used, the nurse is responsible for monitoring the system’s function and recording the amount of drainage at prescribed intervals.
  • If a patient is to be managed as an outpatient with a pleural catheter for drainage, the nurse is responsible for educating the patient and family regarding management and care of the catheter and drainage system.
Cara saya belajar selagi bosan, ketika “terpaksa” memasuki area yang belum saya jamah sebelumnya, daripada hilang begitu saja…. Tidak saya tulis, tetapi hanya saya susun dari sumber-sumber yang saya gunakan, dengan bahasa yang masih campur-aduk.